Potensi Hunian Vertikal Di Kota Cirebon Akibat Perkembangan Metropolis Bandara Kertajati

19 October, 2018 - 2 min to read

Kota Cirebon merupakan salah satu kota besar yang ada di Provinsi Jawa Barat. Data BPS tahun 2017 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Cirebon sebesar 313.325 jiwa. Dari tahun 2014 penduduk Kota Cirebon mengalami terus mengalami peningkatan 0,7 – 1 % setiap tahunnya. Dengan latar belakang sejarah yang cukup kental, Kota Cirebon berkembang menjadi kota perdagangan dan jasa yang modern yang mampu melayani kota di sekitarnya. Skala pelayanan Kota Cirebon juga mulai berkembang terhadap daerah sekitarnya yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan. Akibat dari aglomerasi ini terbentuklah Metropolitan CIREBON RAYA (Cirebon, indramayu, Majalengka, dan Kuningan).

Keberadaan Metropolitan CIREBON RAYA masuk dalam rencana strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 dengan aglomerasi jumlah penduduk mencapai 1,7 juta jiwa. Pengembangan Metropolitan CIREBON RAYA akan dikembangkan sebagai metropolitan budaya dan sejarah berbasis pariwisata, industri dan kerjainan. Selain itu pengembangan Metropolitan CIREBON RAYA berfungsi untuk menciptakan pusat aktivitas baru dan memecah kepadatan yang ada di Megapolitan Jabodetabek. Untuk mendukung hal tersebut, baik pemerintah pusat dan daerah terus berkolaborasi dalam hal penyediaan infrastruktur pendukung diantaranya sebagai berikut ini

Keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) pada daerah daerah pinggiran sebagai bentuk perkembangan suatu kota yakni penyebaran fasilitas perkotaan. Terpusatnya suatu fasilitas diperkotaan menyebabkan semakin terbatasnya lahan untuk menampung kegiatan masyarakat. Keberadaaan Bandara internasional Jawa Barat pada daerah pinggiran menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang tersebut.

Bandara Internasional Jawa Barat selain mendukung koridor ekonomi yang menghubungkan koridor metropolitan Bandung Raya dan Cirebon Raya, juga memiliki potensi untuk mengurangi disparitas pembangunan yang hanya terkonsentrasi di wilayah Jabodetabekpunjur. Selain itu Bandara Internasional Jawa Barat merupakan bandara yang dikembangkan untuk memecah kepadatan traffic yang ada di Bandara Sokerno Hatta. Meskipun letaknya sekitar 65 km dari pusat Kota Cirebon, keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat ini akan berdampak hingga ke Kota Cirebon dan sekitarnya termasuk dampak peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan luas terbangun.

Gambar diatas menunjukkan, perbedaan kepadatan lahan terbangun antara tahun 2010 dengan tahun 2015. Pada tahun 2010 lahan terbangun masih terpusat di pusat kota, sedangkan pada tahun 2015 lahan terbangun sudah mulai mengakuisisi lahan di daerah peri urban. Selain itu kepadatan lahan terbangun juga terlihat menyebar (sprawl). Hal ini mengindikasikan semakin berkembangnya Kota Cirebon dan semakin terbatasnya lahan di Kota Cirebon.

Metropolitan CIREBON RAYA merupakan metropolitan budaya dan sejarah yang berbasis pada pariwisata, industri, dan kerajin. Bagan dibawah ini menunjukkan bagaimana hubungan antara pengembangan metropolitan Cirebon Raya dengan rencana serapan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pergerakan perekonomian suatu kota. Dengan adanya tenaga kerja, maka kebutuhan primer (pangan, sandang, dan papan) harus terpenuhi di suatu wilayah tersebut.

Hal inilah yang menjadi tantangan pemerintah Kota Cirebon dan sekitarnya untuk dapat memenuhi kebutuhan primer tersebut salah satunya adalah papan (tempat tinggal). Hal ini dikarenakan korelasi antara meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di suatu kota maka akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal. Akan tetapi perkembangan kota secara terus menerus menyebabkan semakin terbatasnya ketersediaan lahan. Hal ini juga ditambah dengan pentingnya menjaga pola ruang kota dengan memproporsikan kawasan terbangun dan kawasan non terbangun.

Apartemen atau vertical housing dapat menjadi salah satu solusi dari keterbatasan lahan serta tingginya harga lahan pada wilayah perkotaan saat ini. Apartemen cenderung dibangun dekat kawasan bisnis atau pusat kota dan beberapa partemen justru berada di sebuah bangunan mixed use yang menjadi satu dengan perkantoran, pertokoan, atau pusat perbelanjaan. Rencana pengembangan apartemen atau hunian vertikal juga tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2014 sebagai salah satu bentuk peningkatan infrastruktur permukiman di Metropolitan CIREBON RAYA

Sehingga apabila mengikuti perkembangan saat ini dan tren yang akan terjadi di masa mendatang maka kebutuhan hunian vertikal memang dibutuhkan di Kota Cirebon. Mengingat perkembangan infrastruktur di Metropolitan Cirebon kian masif dan mempertimbangkan multiplier effect dari adanya Bandara Internasional Jawa Barat.

Penulis: Rakan Pramoe Izdihar

Insight Lainnya

19 July, 2020

Provalindo Report 2020: New Capital City and Its Impact on The Real Estate Industry in Greater Jakarta

Cities have the capability of providing something for everybody, only because and only when, they are created by everybody Indonesia’s…

29 September, 2020

Video Webinar REII Chapter 6

Watch recap video from webminar "The Values of Interconnected Infrastructure in Urban Landscape" presented by REII